
Film Animasi Itu Nggak Cuma Buat Anak-Anak Saja, Lho!
Selama bertahun-tahun, animasi kerap diasosiasikan dengan dunia anak-anak, identik dengan karakter imajinatif, warna mencolok, dan alur cerita sederhana. Pandangan ini begitu melekat sehingga banyak yang menganggap film jenis ini hanya cocok untuk penonton usia dini. Namun, seiring berkembangnya teknologi digital dan eksplorasi kreatif dalam industri film, pandangan ini mulai berubah. Kini, animasi membuktikan diri sebagai medium visual yang kompleks dan ekspresif.
Medium ini mampu membawakan narasi emosional, kritik sosial, hingga isu eksistensial yang relevan bagi orang dewasa. Perkembangannya memperkuat kenyataan bahwa bentuk sinema ini juga menjadi ruang berkarya yang kuat untuk menyampaikan cerita lintas generasi. Dengan kemampuannya menjembatani visual dan emosi, animasi bukan hanya hiburan, tetapi juga alat penceritaan yang mendalam dan penuh potensi.
1. Medium untuk Semua Usia

Salah kaprah yang sering muncul adalah menganggap animasi sebagai tontonan khusus anak-anak. Padahal, ia bukanlah genre, melainkan medium yang mampu menampung berbagai jenis cerita: drama, dokumenter, hingga satir politik. Karya seperti Persepolis dan Waltz with Bashir menunjukkan bahwa bentuk ini efektif menyampaikan kisah nyata dan emosional. Di sisi lain, serial seperti BoJack Horseman dan Rick and Morty mengangkat tema eksistensial serta isu sosial dengan gaya penceritaan tajam dan khas.
Perkembangan teknologi dan kreativitas mendorong jenis film ini menjadi medium naratif yang setara dengan live-action. Tak hanya sekadar visual menarik, ia juga menyampaikan pesan mendalam yang menyentuh berbagai lapisan usia dan latar belakang. Karena itu, sudah saatnya pandangan lama diubah: animasi cocok bagi siapa saja yang menghargai cerita kuat dan penyampaian kreatif.
2. “Jumbo”: Bukti Nyata Evolusi Animasi Indonesia

Salah satu bukti nyata dari transformasi ini sebagai medium bercerita yang matang adalah film Indonesia bertajuk Jumbo. Disutradarai oleh Ryan Adriandhy dan diproduksi oleh Visinema Studios, film ini menghadirkan kisah emosional tentang Don, anak yatim piatu yang ingin mewujudkan pertunjukan berdasarkan buku dongeng warisan orang tuanya. Di balik visual penuh warna, ia mengangkat nilai-nilai universal seperti keberanian dan pentingnya ikatan keluarga.
Tak hanya menyentuh hati, Jumbo juga mencetak rekor di industri perfilman tanah air. Sejak dirilis pada 31 Maret 2025, film ini telah ditonton oleh lebih dari 9,6 juta orang dan menghasilkan pendapatan lebih dari 20 juta dolar AS. Ia menjadi karya Indonesia pertama yang akan dirilis secara global di 17 negara, termasuk wilayah Asia dan Eropa.
Kehadiran Jumbo menjadi bukti kuat bahwa film jenis ini mampu menembus batas usia dan menjadi medium serius untuk menyampaikan pesan serta membangun koneksi emosional lintas generasi.
3. Dampak Positif bagi Industri Indonesia

Keberhasilan Jumbo bukan hanya soal pencapaian komersial, tetapi juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam industri kreatif Indonesia. Dengan melibatkan lebih dari 420 kreator lokal dari berbagai daerah, film ini menjadi contoh kolaborasi lintas wilayah yang solid. Proses kreatif dan pengerjaan teknis yang teliti memperlihatkan kemampuan insan kreatif dalam menghadirkan visual dan cerita setara dengan produksi internasional.
Lebih dari sekadar hiburan, film ini menjadi simbol bahwa bentuk ini dapat menyampaikan pesan yang kuat dan membumi. Cerita yang mengandung nilai budaya, emosi, dan aspirasi ini menunjukkan bahwa karya lokal juga memiliki daya tarik universal.
Kesuksesan Jumbo membuka peluang bagi pengembangan industri sejenis. Minat publik yang tinggi membuka jalan untuk investasi, pengembangan talenta kreatif, serta lahirnya proyek-proyek baru yang inovatif. Ia menjadi bukti bahwa Indonesia mampu bersaing dan tampil sebagai pemain global di ranah kreatif berbasis visual.
4. Medium yang Kaya dan Bermakna

Kini, animasi telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar tontonan ringan untuk anak-anak. Sebagai bentuk visual yang kaya akan kemungkinan artistik, ia mampu menghadirkan narasi emosional, kompleks, dan reflektif. Dari cerita personal hingga kritik sosial, animasi menawarkan cara unik untuk menyampaikan pesan secara mendalam kepada berbagai kalangan.
Contoh kuatnya adalah Jumbo, yang tak hanya menyajikan visual memukau, tetapi juga membalut kisahnya dengan tema universal seperti kehilangan, harapan, dan keberanian. Penerimaan hangat dari jutaan penonton membuktikan bahwa medium ini dapat menyentuh hati penonton dewasa lewat cerita yang relevan.
Kesuksesan Jumbo sekaligus menunjukkan bahwa karya lokal memiliki potensi bersaing di kancah internasional. Dengan eksplorasi kreatif dan dukungan produksi yang kuat, animasi Indonesia mampu tampil sebagai medium yang tak hanya menghibur, tetapi juga bermakna dan berdampak besar di industri global.
Referensi
- Furniss, M. (2016). Animation: It’s Not Just for Children, Anymore. PopMatters. Retrieved from https://www.popmatters.com/new-history-animation-maureen-furniss
- Hubin, J. (2015). Potential and Profitability: Animation as a Medium Instead of a Genre. Academia.edu. Retrieved from https://www.academia.edu/11711867/Potential_and_Profitability_Animation_as_a_Medium_Instead_of_a_Genre
- Nwoha, R. (2017). Beyond Children’s Entertainment: Animation as Social Commentary. Academia.edu. Retrieved from https://www.academia.edu/88879861/Beyond_childrens_entertainment_Animation_as_social_commentary
- Reuters. (2025). Jumbo takings for hit Indonesian animated film raise hopes for fledgling industry. Retrieved from https://www.reuters.com/business/media-telecom/jumbo-takings-hit-indonesian-animated-film-raise-hopes-fledgling-industry-2025-05-15/
- Kompas. (2025). “Jumbo” Jadi Film Animasi Indonesia Pertama yang Bakal Dirilis di 17 Negara. Retrieved from https://regional.kompas.com/read/2025/02/13/163815878/jumbo-jadi-film-animasi-indonesia-pertama-yang-bakal-dirilis-di-17-negara