
Merangkai Ratna Asmara- Meniti Jejak Suara Perempuan Dalam Sejarah Film Indonesia
19 November 2025 – Mahasiswa Program Studi Film dan Animasi Telkom University berkesempatan bertemu dengan salah satu sutradara perempuan Indonesia, Ersya Ruswandono, dalam kegiatan yang diselenggarakan sebagai bagian dari mata kuliah umum Sejarah Film oleh Zen Al Ansory, M.Sn., bertempat di ruang Cinemedia, Fakultas Industri Kreatif Telkom University.

Mata kuliah Sejarah Film ini memberikan wawasan mengenai perjalanan Ratna Asmara dalam dunia perfilman pada tahun 1950-an, sebuah era ketika kemampuan perempuan dalam perfilman Indonesia masih kerap diragukan.
Melalui film dokumenter yang ditayangkan kepada seluruh mahasiswa Program Studi Film dan Animasi angkatan 2025, Ersya Ruswandono menyampaikan sejarah dan kisah Ratna Asmara yang memiliki pengaruh besar bagi perkembangan sinema Indonesia namun jarang disorot. Dokumenter tersebut menjadi arsip penting yang merekam apa yang telah terjadi, memori perjalanan hidup Ratna Asmara, serta karya-karyanya yang dampaknya masih terasa hingga kini.
Dengan memahami peran Ratna Asmara, mahasiswa diajak untuk menyadari bahwa perempuan juga memiliki hak untuk bersuara—hak yang dapat melahirkan film-film jujur dan hidup.
Menurut Ersya, “Menurut saya, pentingnya sejarah film itu adalah supaya kita, sebagai pembuat film, tahu jejak-jejak pemikiran para sineas di masa sebelum kita, serta memahami narasi besar yang terjadi di masa itu seperti apa. Kemudian, kita juga bisa melihat gaya penceritaan yang hadir saat itu dan, berbicara mengenai teknis, apa saja teknologi yang tersedia pada masa tersebut.”
Salah satu mahasiswa Program Studi Film dan Animasi, Salsabila Kayla Efendi, turut menyampaikan pandangannya: “Aku harap perempuan mendapatkan atensi yang sama, yang setara dengan produser-produser laki-laki lainnya, dan bisa menampilkan karya-karya yang berbeda dari cara pandang mereka.”

Mata kuliah umum ini menekankan pentingnya sejarah film bagi para sineas masa depan, agar mereka dapat mengenal dan memiliki karakter tersendiri dalam cara pandang berkarya setelah memahami perjalanan sejarah perfilman Indonesia.